Senin, 03 Januari 2011

Menebar Ranjau atau Oportunis?


Menjelang kelulusan (pra dan pasca pendadaran) sudah terbayang pertanyaan dalam pikiran ini, mau dibawa kemana diri ini? Setiap orang memiliki impian dan idealisme untuk bekerja ataupun melanjutkan kuliah di suatu tempat tertentu. Ada juga yang berprinsip, kalo saya sampe gak diterima di perusahaan atau kementrian ini berarti saya emang bego. Ada pula yang mempunyai idealisme untuk tidak mau bekerja di perusahaan orang lain atau menjadi pegawai negeri sipil. Pokoknya menjalani usaha mandiri, apapun bentuknya. Ada pula yang tidak mau terkekang oleh aturan ini itu (termasuk aturan sendiri), pokoknya mengalir dan nikmati perjalanan.
Saya kira setiap orang memiliki prinsip dan idealisme yang berbeda-beda tanpa harus dijudge itu benar atau tidak. Setidaknya, itu adalah keyakinan diri masing-masing. Toh, kita tidak bisa menentukan parameter kesuksesan orang lain dengan parameter kesuksesan diri kita.
Suka atau tidak suka, sepertinya saya perlu menceritakan pengalaman saya sehingga bisa sampai terdampar di sebuah perusahaan milik negara. Secara prinsip saya tidak memiliki sebuah keinginan khusus untuk berkarir seperti apa atau akan menjalani hidup bagaimana. Setelah pendadaran saya mendaftar di hampir 40 perusahaan, mulai dari perusahaan perkebunan, perbankan, energy, manufaktur, ataupun perusahaan jasa. Kalau PNS belum pernah mendaftar. Nah, dari 40 perusahaan itu saya mendapatkan panggilan untuk tes di 20 perusahaan, dan dari 20 perusahaan itu saya lolos 6 perusahaan yaitu PT Sinarmas Pulp and Paper, PT Wilmar International, PT GS Battery, PT Denso, PT PLN (Persero), dan PT Aneka Tambang, Tbk. Dan untuk sekolah lanjut saya diterima di MST UGM dan Master of Information Technology Walailak University, Thailand. Dan pada akhirnya saya memilih untuk berkarir di PT PLN (Persero). Dalam fikiran saya, yang penting saya menebar ranjau. Diterima di manapun itu rejeki saya. Tapi di sisi yang lain, kok saya seperti merasa sebagai orang yang opportunis. Di mana ada kesempatan, di situ saya masuk. Pikir saya, kasihan perusahaan yang sudah menerima saya tapi saya mundur. Entahlah,..sebenarnya dalam hati kecil ini, saya lebih memilih untuk mendaftar di satu impian dan terkabul impian itu, tapi saya juga takut kalau yang satu itu adalah bukan rejeki saya. Buat mas dan mbak yang belum lulus silakan berfikir dengan lebih panjang dan matang untuk menentukan masa depannya. Setidaknya, cita-cita itu tidak menodai keikhlasan kita untuk menjalani kehidupan ini.

Paiton, 3 Januari 2010

2 komentar:

  1. istilahnya ngeri "menebar ranjau"...

    BalasHapus
  2. He..he..sekedar berbagi biar yang mau lulus segera melakukan perencanaan sebelum terlambat

    BalasHapus