Senin, 27 Juni 2011

Air itu Kakaknya


Malam itu saya  pasang alarm di handphone lebih awal. Ya. Jam tiga dini hari saya harus bangun. Ada sedikit kepentingan kantor yang musti saya hadiri jam delapan pagi. Saya perkirakan perjalanan ke Indramayu akan menghabiskan waktu tiga jam, sedangkan menurut info yang saya dapatkan, bus pertama kali ke Indramayu jam setengah lima pagi.  Berarti saya harus berangkat dari kos paling lambat jam empat, itupun kalau dapat kendaraan langsung ke Lebak Bulus. Artinya ada sekitar waktu satu jam untuk beres-beres. Cukuplah.

Senin, 13 Juni 2011

Etoser, Senantiasa Menjadi Cermin

Saya tidak habis berfikir kenapa anak ini diterima di Etos. Jangan-jangan hanya karena satu daerah dengan sebagian besar panitia seleksinya atau pernah menyandang almamater yang sama kemudian anak ini diloloskan. Sejak awal dia masuk ke asrama ini, saya sama sekali tidak bersimpati. Yang saya lihat darinya hanyalah wajah yang membuat saya kesal, jalan pikiran yang senantiasa berseberangan, penampilan yang kotor, semaunya sendiri dengan kehidupannya.
Sekali lagi menurut saya, “Ah, dia sama sekali nggak memiliki prospek”
Sempat juga saya berfikir, “Kenapa Etos inputnya seperti ini?”

Sabtu, 11 Juni 2011

Semampu Berbagi


Jumat malam, 21.30 WIB.
Alhamdulillah, sampai di Jakarta dengan selamat meskipun untuk sampai kos saya harus menikmati sedikit kemacetan di atas bus DAMRI menuju Blok M. Sebenarnya hati saya masih setengah hati untuk kembali ke kota ini setelah dua hari dimanjakan dengan suasana kecamatan Paiton yang nyaman. Apalagi di akhir pekan yang biasanya saya gunakan untuk sedikit memanjakan diri dengan bermalas-malasan. Dengan sisa tenaga dan niat yang seadanya datang juga saya dalam training itu.
Sabtu pagi.
Ya. Training basic ESQ yang sudah memiliki jutaan alumni yang tersebar di seluruh Indonesia dan beberapa Negara tetangga. Di hari pertama ini tak banyak yang bisa saya ceritakan karena tak banyak juga hasil tangkapan ilmu yang berhasil saya jaring di otak saya.

Sabtu, 04 Juni 2011

Berusaha Menikmati Proses

Kalau kata sahabat saya, salah satu cara untuk mensyukuri setiap hal yang terjadi adalah menikmati proses yang sudah terjadi dan sedang terjadi. Atau kata sahabat yang lain, kalau tidak bisa menikmati proses yang sedang terjadi, maka cukuplah menikmati pengiring proses tersebut. Bisa jadi Allah memang sedang menampilkan bahwa seharusnya yang harus dinikmati adalah pengiringnya, yang memaksa kita untuk tersenyum dan mengatakan, “Ternyata dibalik kejadian ini, Allah sangat penyayang ya?”
Seingat saya Ahad tiga pekan yang lalu.
“Permisi, permisi, permisi”, saya susuri tengah-tengah gerbong kereta Senja Utama yang memang sudah penuh sesak.
Celingak-celinguk saya mencoba mencari tempat kosong di gerbong tersebut. Maklum, tiket pun saya dapatkan tanpa tempat duduk.