Kamis, 30 Desember 2010

Dua Pohon

Yup, saya menemukan sebuah artikel yang sangat menarik yang dimuat di situs dakwatuna.com dan yang lebih membuat saya kaget ternyata yang menulis adalah sahabat saya saat SMP dulu. Bukan satu SMP sih, tapi dulu sering bertemu dalam berbagai ajang di tingkat kabupaten maupun propinsi, jadinya kenal. Beliau SMA di Teladan. Saya jadi berfikir, mantab banget nih sekolah. Pencetak para penulis (Shofwan Al Banna, Salim A Fillah, dan banyak lagi). Oke, tanpa ba bi bu lagi, berikut artikelnya,.

DUA POHON
Oleh : Siti Zuhrotun Nisa

Beberapa waktu belakangan, saya sedang menamatkan sebuah buku berjudul Balada Cinta Suci, Ali dan Fatimah. Sebagaimana judulnya, buku ini mengisahkan perjalanan Ahlul Bait tersebut dengan cukup indah. Selain romansa–tentu saja–ada hal baru yang baru saya pahami benar-benar mengenai keluarga mulia tersebut; yaitu tentang kedermawanan yang luar biasa.

Inilah sepenggal kisahnya yang cukup menyentuh saya:

Pada suatu hari Fatimah jatuh sakit. Selama itu Ali senantiasa merawat beliau dan tak segan menggantikan tugas beliau sebagai istri. Pun Ali masih dengan tulus bertanya, adakah yang sedang diinginkan Fatimah, dengan harapan istrinya tersebut akan segera sembuh. Sejenak kemudian Fatimah menjawab bahwa ia menginginkan buah delima. Segeralah Ali berangkat ke pasar dan membeli sebuah delima. Sebuah? Ya, karena memang uang beliau hanya cukup untuk membeli sebuah delima saja. Dalam perjalanan pulang beliau melihat seseorang yang meringkuk di sudut jalan. Setelah percakapan singkat, tahulah beliau bahwa orang tersebut begitu miskinnya hingga sudah dua hari tidak makan. Kemudian beliau membelah delimanya menjadi dua bagian dan berkata: “Tabahkanlah hatimu. Percayalah bahwa Allah tidak akan meninggalkan hamba-Nya yang baik. Bertasbihlah kepada Allah, dan ambillah buah ini, semoga dapat meringankan penderitaanmu.”

Ali sampai di rumah, dan menyerahkan delima yang hanya separuh itu kepada istri tercintanya. Kisah delima yang tinggal separuh itu justru membuat Fatimah lega dan alhamdulillah merasa semakin membaik. Di tengah kegembiraan tersebut, sahabat Salman al Farisi bertamu sambil membawa sesuatu yang ditutup kain. Setelah mengucap salam, Salman menjelaskan bahwa yang dibawanya adalah sembilan buah delima “dari Allah, untuk rasul-Nya, dan seterusnya untuk Anda.” Mendengar jawaban tersebut Ali kemudian berkata: “Tidak mungkin buah itu dari Allah. Kalau benar dari Allah, maka jumlahnya adalah sepuluh. Sebab, Allah telah berfirman

مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا

“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya…”. (QS. Al An’aam:160).

Lalu Salman pun tersipu sambil mengeluarkan sebuah delima lagi dari lengan bajunya: “Tak terlintas dalam pikiranku untuk mengambil buah delima itu bagi diriku. Sebenarnya, aku bermaksud mengujimu, karena begitu seringnya aku mendengar Rasulullah memuji keluasan ilmu dan kecerdasanmu”.

*Subhanallah, dua hal yang saya petik dari sini; bahwa kedermawanan Ali yang begitu besar tampak dari hati beliau yang mudah tersentuh dan bersegera untuk membantu, serta kecerdasan beliau dalam memaknai ayat-ayat-Nya sehingga begitu lekas mengaitkan keadaannya dengan salah satu janji-Nya. Dan beliau percaya, sangat percaya*

Masih banyak sebenarnya kisah hikmah dari perjalanan Ahlul Bait ini, tidak akan cukup diuraikan kecuali saya akan membuat Anda sekalian bosan :D Sampai di sini pun, mungkin Anda sudah banyak bertanya apa kaitan semua ini dengan judulnya?? Beginilah…dari buku lain yang saya baca juga saya menemukan sebuah hadits indah:

“Kedermawanan adalah pohon di dalam surga, sedang dahannya menjulur ke dunia, barangsiapa berpegang pada dahannya, dia akan dituntun oleh dahan itu menuju ke surga. Dan bakhil adalah pohon di dalam neraka, dan dahannya menjulur ke dunia, barangsiapa berpegang pada dahannya, dia akan terseret oleh dahan itu ke dalam neraka” (HR Bukhari dan Baihaqi)

Ya, ada dua pohon langit yang dahannya menjulur ke dunia. Pohon ahli surga membawa pesan kedermawanan, dan pohon ahli neraka menghantarkan pesan kebakhilan. Seiring gerakan Satu Milyar Pohon (dunia), bisa kan kita memilih pohon (langit) yang tepat untuk kita tanam pula?! ^_^

Kamis, 23 Desember 2010

Wah, kok jadi Ngidolain Gonzales ya?

Wakakaka, menjadi sejarah tersendiri dalam perjalanan hidup selama lebih kurang 24 tahun ini. Dari dulu saya sangat tidak suka dengan yang namanya sepak bola apalagi punya idola seorang pemain sepakbola. Main sih iya, nonton enggak. Tapi entah apa yang membuat saya menjadi sangat tergila-gila untuk mengupdate berita sepak bola Indonesia yang dulu *katanya dikenal keok, kacau, underdog. Ya, sejak piala AFF 2010 ini berlangsung saya jadi semakin tertarik untuk melihat, mengikuti berita bola, main futsal dengan semangat membara, dan yang paling aneh yaitu menjadi komentator permainan bola. Saya aja nggak ngerti dengan apa yang dinamakan offside. Payah bener..Mungkin mas dan mbak semua pernah mempunyai seorang idola. Nah, saya sangat terinspirasi dengan pemain kawakan dan merupakan naturalisasi dari negara Urugay. Ya, pasti nggak ada yang nggak kenal sama si Gonzales. Yang menyumbang sejumlah gol untuk kemenangan tim merah putih. Mantap nian. Elegan, tidak sombong dan tetap mengatakan bahwa kemenangan Indonesia adalah hasil kerja keras tim. Tidak mau mengklaim bahwa gol yang telah diciptakannya adalah karena kehebatan dirinya. Inilah yang membuat saya sangat terkagum-kagum. Di salah satu pemberitaan media dia pun menyatakan bahwa dia akan bekerja keras sekuat tenaga untuk kemenangan merah putih. Tidak hanya mengejar popularitas. Dan yang membuat saya tambah kagum adalah tentang keyakinannya akan kekuatan Allah yang begitu besar. Dia mengatakan juga bahwa gol itu adalah anugrah dari Allah. Selepas kemenangan tim merah putih (kita doakan saja), Gonzales akan mengunjungi rumah Allah dan rumah orang tuanya, especially ketemu dengan Ibu kandungnya. Istri Gonzales menceritakan sosok suaminya yang merupakan seorang pekerja keras. Apapun yang menjadi tanggung jawab dan tugasnya, selalu dikerjakan dengan serius dan dengan penuh kerja keras.
Sepertinya beberapa pemberitaan tentang dirinya cukup menginspirasi dan memberikan motivasi untuk saya pribadi terutama dengan pernyataan istrinya bahwa "Gonzales adalah seorang pekerja keras". Nah, setidaknya itu menjadi motivasi bahwa saya yang bekerja dalam nuansa yang senantiasa berubah, tempat yang selalu berubah, dan tugas yang selalu berubah. Bayangkan saja,..basic saya adalah Electrical Engineer. Awal bekerja di Astra Otoparts saya harus menangani hal-hal yang sangat berhubungan dengan reaksi kimia, timbal, dan asam sulfat. Lepas dari AOP saya menjalani kerja di PLN dengan posisi kembali ke basic saya yaitu Electrical Engineer. Tapi selepas itu saya ditarik diminta untuk menangani masalah Keselamatan Kerja yang lebih banyak berhubungan dengan aturan-aturan. Belum juga banyak belajar tentang ini,saya sudah harus diminta untuk menjadi engineer di bidang Teknologi Informasi dengan modal yang sangat pas-pasan (bisa dikatakan selevel dikit di atas nol). Payah,..musti belajar dan segera beradaptasi, pikirku. Tapi mungkin piala AFF ini sangat berjasa buat kehidupanku. Setidaknya saya mulai menyadari bahwa perubahan itu adalah sebuah kepastian. Yang kekal di dunia ini adalah perubahan itu sendiri, dan matilah orang yang tidak bisa membantai perubahan sehingga perubahan itu mengikuti hidupnya. Oke Gonzales, thanks sudah banyak menginspirasi kehidupanku.

Paiton, 23 Desember 2010
~menjelang perjalanan ke jogja~

Rabu, 22 Desember 2010

Financial Planning Bujangan. Perlu Nggak ya?

Sekali waktu saya begitu sangat tertarik dengan tulisan dari Safir Senduk dan Ligwina Hananto tentang perencanaan keuangan pribadi dan keluarga. Sampai-sampai saya tiap hari saya selalu menyempatkan membaca tulisan yang ditulis oleh mereka. Awalnya saya tidak begitu tertarik dengan hal-hal seperti ini, karena toh saya make uang-uang saya sendiri, nggak make uang orang lain. Tapi setelah dicermati, perencanaan keuangan itu sangat diperlukan untuk merencanakan kehidupan dan masa depan pribadi kita. Kalau saya fikir, perencanaan keuangan sudah harus mulai diajarkan pada anak sejak dini sehingga ketika menginjak dewasa mereka tahu apa yang harus dilakukan dengan uangnya. Perencanaan keuangan bukan berarti menjadi orang yang pelit karena apapun sudah direncanakan termasuk harta yang akan digunakan untuk infaq, wakaf, sodaqoh, ataupun zakat sehingga tidak ada alasan bagi pribadi untuk mengapologi kesalahan kita memberikan uang yang kita miliki pada jalur yang sebenarnya "berat di hati". Dengan perencanaan keuangan pun justru tidak akan menghalangi keinginan kita karena keinginan kita justru menjadi salah satu nomor dalam perencanaan keuangan kita. Nah, saya coba bercerita saja tentang pengalaman saya pasca lulus kuliah. Awalnya saya tidak terlalu perhatian dengan masalah keuangan kita. Anggap saja saya punya uang saku awal jadi pegawai sebesar 5 juta rupiah. Oke, saya pergunakan uang itu untuk makan, untuk ngekos, untuk jalan-jalan, untuk infaq, untuk ngasih orang tua, dll. Beberapa hari berselang, eh, ternyata ada kebutuhan mendadak bahwa ternyata saya membutuhkan sebuah buku yang memang harus segera saya beli. Tapi ada daya, di dompet ternyata sudah tidak bersisa uang sebesar 5 juta itu :). Pusing di pikiran, soalnya gajian masih harus menunggu berhari-hari. Itu kejadian kecil yang saya alami untuk saya pribadi, belum kalau nanti saya sudah mempunyai istri dan anak. Bisa jadi urusan kesehatan dan pendidikan anak akan terbengkelai gara-gara saya nggak bisa ngatur keuangan saya sendiri. Saya pun dulunya orang yang sangat "tidak mengaggap" uang receh (ratusan rupiah). Tapi setelah saya coba untuk membuat celengan kecil dari botol bekas dan menaruh uang yang "tidak saya anggap" tersebut ke dalamnya. Setelah berbelanja di supermarket saya coba menaruh uang receh tersebut ke dalamnya. Pernah dalam seminggu saya cek, ternyata uang receh itu sudah berjumlah lima ribu rupiah. Hah? saya cukup kaget dan terkejut. Ternyata sampai lima ribu rupiah. Besar juga ya? Itu cukup untuk sarapan pagi dengan menu pecel. Kalau sebulan sudah 20 ribu saya kumpulkan dari uang receh. Nah, mulai saat ini saya coba atur keuangan saya dengan mulai memisahkan antara tabungan dan kebutuhan sehari-hari. Saya memang baru sampai pada tahap menyisihkan uang untuk tabungan. Saya membuat rekening tersendiri pada tabungan saya (tanpa ATM) sehingga apapun alasannya saya susah untuk mengambil uang itu. Tentu saja saya memang mesti disiplin dengan pengeluaran lain yang memang tidak menjadi prioritas dalam kehidupan saya. Apalagi masih muda dan bujang. Obsesi sih ingin dapat investasi reksadana dari sebagian tabungan yang saya sisihkan setiap kali gajian.

Paiton, 23 Desember 2010
~Masih di sela-sela istirahat kantor~

Selasa, 21 Desember 2010

Ibu dan Istri

Nyuri-nyuri kesempatan istirahat di kantor untuk nulis? he..he..mungkin jarang saya lakukan. Saya biasanya menghabiskan waktu istirahat untuk makan, ngobrol, atau FB an. Tapi entahlah siang ini kondisinya agak mellow. Nggak tahu, kantor berasa sepi banget. Ada yang sudah siap-siap untuk pulkam, ada yang masih sibuk makan, ada pula yang melihat-lihat foto Ibunya. Eh, saya baru ingat ternyata hari ini adalah hari Ibu ya? Hm..kalo nggak ada tingkah aneh temen-temen siang ini mungkin saya nggak ingat kalau ini adalah hari Ibu. Secara spesifik saya tidak mengetahui dengan pasti kenapa hari Ibu itu ada dan kenapa tanggal 22 Desember. Tapi yang pasti sebagai seorang anak dan sebagai seseorang yang sedang mencari tokoh Ibu (untuk anak-anak saya nanti :) ), saya sangat menghormati yang namanya sosok perempuan. Tanpa adanya Ibu, saya nggak ada di dunia ini dan tanpa adanya seorang perempuan, saya juga nggak akan punya istri. Ngomong-ngomong tentang hal ini kebanyakan tulisan yang saya baca menyebutkan bahwa perempuan sangat membutuhkan seorang laki-laki untuk dijadikan imam dirinya dan imam bagi keluarganya. Secara pasti saya tidak bisa mendeskrpisikan bagaimana rasanya perempuan itu membutuhkan seorang suami yang menjadi imam bagi dirinya. Saya lebih cenderung memandang dari sisi saya sendiri sebagai seorang laki-laki. Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan seorang laki-laki akan sangat lemah tanpa kehadiran seorang wanita baik itu Ibu ataupun istrinya. Nggak tahu ya, kasih sayang yang diciptakan oleh sosok ini sangat luar biasa. Saya memang belum pernah merasakan hadirnya pendamping hidup. Yang saya rasakan adalah hadirnya seorang Ibu. Ah, entahlah. Untuk menuliskan hal ini sangat susah bagi saya. Yang jelas tidak hanya perempuan yang merasakan ketentraman dengan adanya laki-laki. Seorang laki-laki pun sangat merasakan ketentraman dengan adanya perempuan baik itu perempuan sebagai sosok Ibu atau perempuan sebagai sosok istri.

Rabu, 22 Desember 2010
~di sela-sela istirahat kantor~

90 Hari Pertama

Mas dan Mbak semua pernah ketemu dengan buku terjemahan yang berjudul 90 Hari Pertama. Strategi Penting Untuk Berhasil Bagi Semua Pemimpin di Semua Level. Karya dari Micahel Watkins (Assoc Professor Administrasi Bisnis di Harvard Bussines School). Keren kan? Beberapa bulan yang lalu saya dapat hadiah dari sahabat saya ketika masih kuliah di Jogja. Tujuannya sih agar saya bisa lebih mudah beradaptasi di lingkungan pekerjaan pasca meninggalkan pojok bangku kuliah. Tapi nyatanya saya baru baca buku tersebut beberapa hari yang lalu. Setelah sedikit membaca, ada sih yang nyantol di otak tapi memang agak abstrak untuk dilakuin. Yah, minimal menurut saya buku itu sangat penting untuk kita-kita yang sedang belajar untuk berada pada satu posisi tertentu di perusahaan ataupun di organisasi. Intinya mempermudah kita untuk proses menghadapi segala sesuatu yang mungkin akan terjadi di lingkungan kita yang baru. Tidak terlepas untuk yang bekerja di ranah wirausaha, tapi juga untuk public sector macam pegawai negeri sipil lah. Memang saya belum membaca secara keseluruhan isi dari buku itu tapi minimal saya bisa meresensi sedikit isi dari buku tersebut. Ya, nulisnya ini juga sambil buka-buka buku itu. Siapa tahu nanti mas-mas dan mbak-mbaknya sekalian membutuhkan buku ini untuk mengelola perusahaannya. Oya, beberapa isi dari buku tersebut sudah sering jadi isi dari twits saya. Bagi yang ingin follow bisa follow ke @hasanbasrietos ya. Sip. Nuwun.
Buku ini mengajak pembaca untuk memahami kejadian-kejadian yang mungkin akan terjadi dari sebuah organisasi dan untuk orang-orang dalam posisi barunya. Nah, di buku ini diuraikan menjadi sepuluh bab yang secara runtut menceritakan proses yang akan dialami oleh seseorang yang berada dalam posisi baru dalam sebuah organisasi. Pembahasan buku ini tidak akan lepas dari istilah transisi. Di hampir setiap bab ditekankan tentang pentingnya momen transisi dan pentingnya meraih kesuksesan pada masa transisi tersebut. Pembaca akan diperkenalkan pada empat jenis kondisi perusahaan atau organisasi yang harus diidentifikasi secara cepat oleh pelaku yang akan masuk ke dalamnya, yang disingkat dengan STaRS. Kepanjangannya adalag Start Up, Turn Around, Realignment, dan Success Sustaining. Untuk deskripsi masing-masing silakan dibaca sendiri lah pada pendahuluannya. Penulis akan membawa pembaca untuk memulai dari mempromosikan diri, mempercepat pembelajaran, mencocokkan strategi dengan situasi, meraih kesuksesan awal, menegosiasikan kesuksesan, mencapai keselarasan, membangun tim, membangun koalisi, menjaga keseimbangan, dan bab terakhir adalah kembangkan semua orang.
Intinya penulis akan membawa pembaca untuk mengikuti alur berfikir bahwa pembaca akan memulai sebuah kesuksesan pada kesuksesan kecil pada dirinya sendiri dan goal akhir adalah kesuksesan bersama, kesuksesan sistem, dan mempertahankan kesuksesan tersebut. Secara spesifik saya nggak menyarankan untuk membaca bab per bab. Soalnya akan bingung. Sebaiknya bacalah pendahuluan dan daftar isinya sehingga kita tahu goal kita pasca membaca buku ini apa. Nah, mungkin untuk uraian setiap bab saya tidak akan menuliskannya. Selain waktunya nggak efektif, saya juga belum baca semuanya dan yang sudah dibaca banyak yang lupa. He..he..
Nah, menurut saya buku ini cukup bagus untuk mengarahkan pembaca pada setiap babnya karena pada setiap bab akan diawali dengan cerita sebuah kesukesan atau kegagalan pada seseorang yang sedang berada pada masa transisi. Jadi sudah enjoy duluan membacanya. Sayang ya, saya belum selesai juga. Nah, poin-poin yang diuraikan pun dibahas secara gamblang dan akademis. Setiap bab atau persoalan akan diberikan sebuah sarana untuk melakukan simulasi sendiri sehingga mudah untuk melakukan identifikasi. Setiap bab akan sangat berhubungan dengan bab lainnya sehingga sekali lagi saya sangat tidak menyarankan untuk membaca secara acak. Setiap pembahasan juga dilengkapi diagram yang memudahkan pembaca untuk menuangkan satu pokok pikiran dalam setiap bab ke dalam diagram tersebut. Buku setebal 338 halaman ini menurut saya sangat mampu untuk membuat kita berfikir ulang (bagi yang sudah terlanjur nyemplung), apakah kita sudah berada dalam track yang seharusnya ataukah kita hanya ikut-ikutan arus saja? Nah, buat yang masih berkecimpung dalam organisasi di kampus atau kampung, atau manapun itu, bacalah buku ini dan mulailah berubah dengan sistem pengelolaan ala dulu. Dengan softcover yang cukup tebal dan ukuran yang kecil, membuat buku ini mudah ditaruh di tas, atau dicangking (buat gaya-gaya). He..he..
Intinya segera beli, nikmati, dan bergayalah dengan buku ini. Kalau nggak mampu nyerap isinya (kayak saya) minimal mas dan mbak sekalian bisa membuatnya menjadi bantal (saat kuliah atau di kelas), melempar kucing yang naik ke atas meja makan, memukul nyamuk, menyobek untuk dibuat pesawat kertas, atau dijual ke loakan untuk dipake buat bungkus tempe. He..he..,maksud saya, kalau nggak mampu menyerap isinya minimal bisa nggaya bahwa mas dan mbak sudah pernah membaca buku itu. Kalau dibawa ke kampus dan dibaca di tengah-tengah kerumunan saya yakin pasti kamu akan PD untuk dikatakan “mahasiswa pintar dan rajin”. He..he..Oke, selamat menikmati

-Oya, penerbitnya Serambi, kategorinya Buku Untuk Bisnis-