Jumat, 30 September 2011

Keindahan Yang Perlahan


Jumat pagi yang telat. Buru-buru kumasukkan sepatu dalam kantong plastik seraya berlari meninggalkan kamar kos hanya dengan bersandal jepit. “Sudah nggak sempat”, pikir saya.
Sayup terdengar suara khas bajaj mendekat dan reflek kulambaikan tanganku agar bajaj itu berhenti. Dalam sekejap kulemparkan tas di jok belakang bajaj samping tempat dudukku.
“Dekat hotel Darmawangsa Pak”, spontan sedikit berteriak agar bajaj segera melaju. Kulirik arloji di pergelanganku. Jam 06.50, “Semoga nggak telat”, batinku.
Sesaat kami terdiam. Dari belakang kuperhatikan bapak penarik bajaj itu. Sepertinya wajahnya tak asing bagiku.
Ya, tiap kami bertemu meskipun sama sekali belum pernah saling sapa. Naik bajaj beliau pun baru kali ini karena  lebih sering saya jalan kaki menuju tempat kerja.
Nggak ada yang istimewa dengan bapak itu. Sama dengan orang kebanyakan. Hanya saja ada satu kebiasaannya yang menarik perhatianku. Tiap pagi bapak itu selalu sholat subuh di masjid dekat kos dan selepas itu dia mengambil handuk yang disampirkan