Jumat, 20 Agustus 2010

Cerita Monyet

Saya teringat ketika Ust. Rahmat Abdullah bercerita (dalam film Sang Murabbi), “Ada seekor monyet yang naik terus ke pohon sampai di pucuknya. Sesampainya di pucuk pohon itu ternyata ancaman bagi jiwanya menghadang. Monyet itu harus menghadapi tiga macam jenis angin yaitu angin topan, angin bahorok, dan angin puting beliung. Angin yang pertama datang dan wuzz…menghantam monyet itu. Saking takutnya monyet itu semakin erat berpegangan pada tangkai pohon itu. Karena sudah menghadapi angin pertama yang cukup dahsyat itu ia menjadi semakin waspada dan semakin erat pegangannya. Benar apa yang diprediksi monyet itu. Ternyata angin yang kedua dan ketiga yang tidak kalah dahsyatnya dibandingkan angin yang pertama menghantam dirinya tanpa ampun. Tapi monyet itu bisa selamat dari bahaya itu karena sudah lebih waspada. Ia cukup senang ketika angin yang kencang itu sudah menghilang, cuaca menjadi lebih cerah, dan angin berubah menjadi bertiup sepoi-sepoi memanjakan dirinya. Karena saking keenakannya, lama kelamaan dia mulai mengantuk. Pelan-pelan matanya terpejam dan ikatan tangannya menjadi semakin lemah dan akhirnya brukk…ia jatuh dengan tragis.
Sahabat, kadang kala kita sangat waspada dengan cobaan ataupun ujian yang itu menyusahkan kita. Kita mati-matian agar segera bisa terlepas dan berhasil lolos dari ujian hidup kita tersebut. Kita akan relatif lebih cepat menyelesaikan cobaan-cobaan kesusahan hidup. Ketika ditimpa kesusahan sangat nikmat rasanya untuk semakin dekat dengan Rabb kita. Tapi tidak jarang ketika kita terkena cobaan yang menyenangkan hidup kita, kita menjadi orang yang lalai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar