Selasa, 21 Desember 2010

Ibu dan Istri

Nyuri-nyuri kesempatan istirahat di kantor untuk nulis? he..he..mungkin jarang saya lakukan. Saya biasanya menghabiskan waktu istirahat untuk makan, ngobrol, atau FB an. Tapi entahlah siang ini kondisinya agak mellow. Nggak tahu, kantor berasa sepi banget. Ada yang sudah siap-siap untuk pulkam, ada yang masih sibuk makan, ada pula yang melihat-lihat foto Ibunya. Eh, saya baru ingat ternyata hari ini adalah hari Ibu ya? Hm..kalo nggak ada tingkah aneh temen-temen siang ini mungkin saya nggak ingat kalau ini adalah hari Ibu. Secara spesifik saya tidak mengetahui dengan pasti kenapa hari Ibu itu ada dan kenapa tanggal 22 Desember. Tapi yang pasti sebagai seorang anak dan sebagai seseorang yang sedang mencari tokoh Ibu (untuk anak-anak saya nanti :) ), saya sangat menghormati yang namanya sosok perempuan. Tanpa adanya Ibu, saya nggak ada di dunia ini dan tanpa adanya seorang perempuan, saya juga nggak akan punya istri. Ngomong-ngomong tentang hal ini kebanyakan tulisan yang saya baca menyebutkan bahwa perempuan sangat membutuhkan seorang laki-laki untuk dijadikan imam dirinya dan imam bagi keluarganya. Secara pasti saya tidak bisa mendeskrpisikan bagaimana rasanya perempuan itu membutuhkan seorang suami yang menjadi imam bagi dirinya. Saya lebih cenderung memandang dari sisi saya sendiri sebagai seorang laki-laki. Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan seorang laki-laki akan sangat lemah tanpa kehadiran seorang wanita baik itu Ibu ataupun istrinya. Nggak tahu ya, kasih sayang yang diciptakan oleh sosok ini sangat luar biasa. Saya memang belum pernah merasakan hadirnya pendamping hidup. Yang saya rasakan adalah hadirnya seorang Ibu. Ah, entahlah. Untuk menuliskan hal ini sangat susah bagi saya. Yang jelas tidak hanya perempuan yang merasakan ketentraman dengan adanya laki-laki. Seorang laki-laki pun sangat merasakan ketentraman dengan adanya perempuan baik itu perempuan sebagai sosok Ibu atau perempuan sebagai sosok istri.

Rabu, 22 Desember 2010
~di sela-sela istirahat kantor~

3 komentar:

  1. komen pertama (semoga aja dapat payung cantik)
    bicara ttg ibu pasti mellow...
    sering digambarkan sebagai sosok yang lemah lebut, penuh kasih sayang, telaten dan perhatian.
    tapi saya lebih suka membicarakan ibu sebagai orang yang saya belajar darinya makna kemandirian, ketegaran, ketegasan dan prinsip...

    BalasHapus
  2. Iya, barusan denger tausyiahnya Bu Neno Warisman bahwa Ibu adalah tempat ternyaman untuk pulang, tempat ternyaman untuk bernaung. Seburuk-buruknya seorang anak pasti tidak akan tega untuk menyakiti Ibunya dan seburuk-buruk seorang Ibu pasti tidak akan membiarkan anaknya menjadi orang yang buruk juga.

    BalasHapus
  3. dan baru kerasa klo udah jauh berada...
    huah! homesick banget nih!
    *oiya, knapa tgl 22 des jadi hari ibu, konon katanya, karena kongres wanita pertama indonesia yg dipelopori oleh dewi sartika dkk, diselenggarakan pada tanggal tersebut...

    BalasHapus