Kamis, 20 Oktober 2011

Bekerja Bekerja Bekerja

“Orang yang bekerja akan memberikan inspirasi”, demikian dikatakan oleh Dahlan Iskan (mantan CEO PLN), “sedangkan orang yang tidur hanya bisa bermimpi saja”.
Bincang direksi tanggal 29 September 2011 mungkin merupakan bincang direksi terakhir sebelum beliau naik menggantikan Mustafa Abubakar sebagai Menteri BUMN. Pertemuan sebelumnya di Bali menelorkan sebuah tagline baru untuk PLN yang sebelumnya adalah Electricity for A Better Life berubah menjadi Bekerja Bekerja Bekerja. Dalam forum itu dikupas lugas maksud tagline tersebut. Sebenarnya lengkapnya adalah “Jauhi Politik, Bekerja Bekerja Bekerja”. Akan tetapi statement sebelum koma dihapus karena dikhawatirkan justru menimbulkan kerentanan persepsi.
“Yang dibutuhkan saat ini adalah orang yang bekerja, karena masalah tidak akan selesai hanya dengan bermimpi saja”, lanjut beliau.

“Tapi harus dibedakan antara bekerja dan bekerja”
Beliau mencontohkan sebuah institusi yang melakukan persiapan mati-matian menghadapi upacara hari ulang tahun institusi tersebut. Bahkan sebulan sebelumnya persiapan sudah dilakukan. Bekerja siang dan malam untuk keberhasilan upcara satu hari. Langkah telah dihitung dan lokasi tempat berdiri petugas upacara sudah diplester. Bahkan pekerjaan pokok di institusi tersebut ikut terbengkelai gara-gara waktu dan tenaganya terlalu tersita untuk hajatan ulang tahun itu.
“Tidak ada yang salah dengan hal itu”, kata beliau, ”Hanya saja kalau institusi A merayakan ulang tahun, institusi merayakan B ulang tahun, TNI merayakan ulang tahun, POLRI merayakan ulang tahun, PLN Pusat merayakan ulang tahun, PLN wilayah merayakan ulang tahun, Propinsi merayakan ulang tahun, Kabupaten merayakan ulang tahun, Kecamatan merayakan ulang tahun, Desa merayakan ulang tahun, RT merayakan ulang tahun dan yang lainnya merayakan ulang tahun. Berapa banyak waktu dan tenaga yang telah termakan dalam setahun untuk merayakan ulang tahun?”
“Bisa jadi seseorang sibuk siang dan malam, akan tetapi ternyata dia belum bekerja”, lanjut beliau.
“Orang yang sibuk belum tentu bekerja, akan tetapi orang yang tekun bekerja dipastikan dia sibuk”, tutupnya di akhir sesi.
Saya semakin penasaran dengan paparan beliau itu. Apakah saya musti diam jika dirasa yang akan saya lakukan tidak memberikan pengaruh signifikan?
Kemudian saya kembali teringat dengan presentasi yang dipaparkan oleh Pak Bagiyo Riawan, Direktur Pengadaan Strategis PLN dalam forum Power Plant Academy di Gresik Ramadhan silam.
“In today’s environment, if you are standing still, you are falling behind”, kata beliau dalam presentasinya, “Kebanyakan pemimpin sangat pandai membuat grand design untuk organisasinya, tapi giliran mendeploy strategi itu sulitnya tiga kali lebih besar. Tanpa berani mengangkat kaki untuk melangkah pertama kali, strategi itu hanya sebuah mimpi. Langkah itulah yang dinamakan kerja”.
 “Bekerja, Maka Keajaiban”, demikian ditulis Mas Salim A Fillah di bukunya Dalam Dekapan Ukhuwah.
Di situ diceritakan perjuangan Hajar dan bayinya, Ismail,  untuk mendapatkan air.
Maka Hajar pun berlari, melintas dari bukit Shafa ke Marwa. Ditelisik berulang kali dari ujung ke ujung. Bisa jadi Hajar tahu tidak pernah ada air di situ. Hajar hanya ingin membuktikan kesungguhannya pada Allah.
Maka keajaiban, zam-zam. Bukan dari ujung  Shafa ataupun Marwa yang berulang kali ditelisiknya. Tapi dari jejakan bayinya, Ismail. Hajar pun takjub.
“Bekerja saja”, tulis Mas Salim, “Maka keajaiban akan menyapa dari arah tak terduga”, pungkasnya.
Kemudian saya buka lagi novel yang belum sempat saya selesaikan membacanya-Negeri 5 Menara.
Sampai di bab berjudul “Sepuluh Pentung”.
Man shabara zafira”, demikian  kata Ustad Salman dalam novel itu, “Siapa yang bersabar akan beruntung”.
“Jangan risaukan penderitaan hari ini, jalani saja dan lihatlah apa yang terjadi ke depan. Karena yang kita tuju bukan sekarang, tapi ada yang lebih besar dan prinsipil, yaitu menjadi manusia yang telah menemukan misi dalam hidupnya”.
Saya lihat kisah Hajar kembali. Itulah kesabaran Hajar untuk terus berlari mencari air. Tidak hanya sekali. Dengan kesabarannya bekerja, berulang kali dia telisik dari ujung ke ujung.
Ya, sabar dalam bekerja. Sabar dalam setiap kepenatan dan kelelahan tertimpa.
Bahkan pun ketika diri mulai bosan dan sudah tergerus kesabarannya, Allah menjanjikan nikmat-Nya sehingga keyakinan meletup kembali.
“Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan”,  demikian dijelaskan dalam As Sajdah ayat ketujuh belas.
Maka mulailah melangkah dan bersabar di perjalanan.

Ada banyak hal yang tak pernah kita minta
Tapi Allah tiada alpa menyediakannya untuk kita
Seperti nafas sejuk, air segar, hangat mentari
Dan kicau burung yang mendamai hati
Jika demikian, atas doa-doa yang kita panjatkan
Bersiaplah untuk diijabah lebih dari apa yang kita mohonkan.
[Salim A Fillah : Dalam Dekapan Ukhuwah]

Jakarta, 20 Oktober 2011
Untuk Etoser Jogja 2011, yang tahu fb nya minta ditag-in ya?
  
  




3 komentar:

  1. pertamax diamankan :)
    betul san, sampai2 blognya pak DIS nempel di tautanku..hehehe

    BalasHapus
  2. suka banget dengan pernyataan ini: “Orang yang sibuk belum tentu bekerja, akan tetapi orang yang tekun bekerja dipastikan dia sibuk”, gimana setelah ditinggal pak dahlan??? pasti akan ada sesutu yang baru di PLN, semoga mejadi lebih baik... "bekerja" kayak tagline-nya satu partai deh...hihihi

    BalasHapus
  3. Bang Ardian : hehe, cukup inspiratif bang kisah beliau ;)

    Mbak Erlidwievani : Amin, semoga lebih baik mbak Erli. Keep posting ;)

    BalasHapus