Siang yang membosankan sekaligus
melelahkan. Setidaknya hal itu yang saya rasakan di penghujung tahun 2012 ini. Kebosanan
yang mungkin disebabkan karena semakin besarnya tekanan di penghujung tahun
atau mungkin hanya tekanan akibat kelelahan rutin yang menumpuk. Hal yang sangat
dipengaruhi oleh persepsi. Saya yakin bahwa banyak orang yang mempersepsikan bahwa
akhir tahun adalah saat untuk melepaskan diri dari persepsi kelelahan dan saat
untuk mengharap aktivitas yang fresh
dapat dilakukan di awal tahun nanti.
Kepenatan yang dirasakan setiap orang
pun bervariasi. Sebagian merasakan penat karena frekuensi kerja yang cenderung meninggi
dan sebagian lain penat justru karena merasakan bahwa keberadannya di tempat
kerja kurang dianggap. Dengan kata lain, kapasitas yang dimiliki tidak
diberdayakan secara optimal di dalam organisasi atau tempat kerja.
Beberapa waktu yang lalu kebetulan
saya ngobrol dalam suasana yang santai dengan teman saya. Teman saya ini
sedikit mengeluhkan dengan kondisi kerjanya.
“Saya itu pusing bukan karena banyak
kerjaan”, katanya.
“Justru karena bos saya tidak
menganggap saya itu bisa”, lanjutnya.
Dia menceritakan bahwa di divisi
tempat teman saya bekerja ini dipimpin oleh seorang atasan setingkat di bawah
Manajer dan empat orang staf dimana teman saya ini adalah salah satu stafnya. Atasan
teman saya ini sangat sering mendisposisi pekerjaan kepada tiga staf yang lain.
Berbeda dengan teman saya yang jarang diberikan disposisi. Sekalinya diberikan
disposisi kerjaannya sangat mudah dan mungkin tidak sebanding dengan kompetensi
teman saya ini yang merupakan salah alumnus universitas terkenal dengan predikat cumlaude.
Dan saya pun yakin bahwa dengan
kapasitasnya dia sangat mampu untuk diberikan tanggung jawab yang lebih.
“Pokoknya useless lah”, pungkasnya.
Bagi sebagian orang, mendapatkan
posisi seperti teman saya ini menjadi hal yang sangat nikmat. Kerjaan mudah dan
gaji mengalir terus. Akan tetapi tidak
bagi yang lain. Tidak dioptimalkannya seseorang dalam sebuah organisasi,
mempersepsikan bahwa dia adalah orang yang tidak mampu secara kompetensi atau
komitmennya terhadap organisasi tidak dipercaya.
Dengan kata lain, posisi teman saya
ini menggantung. Tidak diturunkan dan enggan
dinaikkan. Persepsi ini melahirkan satu kekhawatiran yang akan meloncat ke
kekhawatiran yang lain sebagaimana pikiran yang dapat berpindah dari satu topik
ke topik yang lain. Kehilangan kontrol terhadapnya membuat kelelahan menjadi
semakin luar biasa.
Dr. Shigeo Haruyama mengatakan dalam
bukunya “The Miracle of Endorphin”, bahwa jika seseorang kehilangan kontrol
terhadap pikirannya, otak akan mengeluarkan noradrenalin
yang merupakan hormon beracun. Hormon ini menempati urutan kedua kedua
setelah bisa ular. Zat ini memang sangat sedikit diproduksi otak. Namun, jika orang
yang bersangkutan terus menerus tertekan, racun ini akan membuatnya sakit,
lebih cepat tua dan lebih cepat meninggal.
Nah, apakah solusinya harus resign dan cari kerjaan baru yang lebih
baik? Tentu saja tidak mutlak seperti itu.
Nobody can guarantee our future. Tidak
ada yang menjamin kalau resign akan
mendapat tempat lebih baik dan tidak ada pula yang menjamin perbaikan kalau
tetap di tempat kerja yang lama. Bahkan satu menit kedepan adalah misteri. Jadi
perbaikan dengan jalan resign atau memilh
tetap stay masih merupakan
kemungkinan yang tidak pasti.
Menurut saya, justru satu-satunya kemungkinan
yang pasti adalah merubah persepsi diri kita sendiri. Merubah persepsi yang
melahirkan kekhawatiran. Dalam buku “Your Journey To Be Ultimate U”, Rene’ Suhardono mengungkapkan bahwa 90% kekhawatiran
tidak pernah terjadi dan 10% sisanya memang di luar kontrol kita.
Mungkin ada saatnya kita tidak terlalu
ambil pusing dengan persepsi tidak bergunanya kita (useless) di tempat kerja atau di organisasi. Melakukan apa yang
dapat kita lakukan dengan keikhlasan akan memberikan setetes ketenangan. Suatu saat,
keikhlasan inilah yang akan membuahkan hasil, entah hasil itu kita nikmati
sendiri atau orang-orang setelah kita.
Orang tua kita adalah contoh terdekat
petani keikhlasan yang memanen hasil untuk anak-anaknya.
Yogyakarta, 13 Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar