Bukannya aku tak terpana pada lentiknya matamu
Bukannya aku tak terlena pada cantik nan teduhnya wajahmu
Bukan pula aku tak terkagum pada perangai lembutmu
Karena aku pun tak punya yang sepadan dengan itu semua
Maka tak pantaslah aku disandingkan denganmu
Bukannya aku tak terpesona pada indahnya bacaan Qur’anmu
Bukannya aku tak terlarut pada dahsyatnya nasihat perkataanmu
Bukan pula aku tak tertunduk malu pada Qiyamul Lailmu
Karena aku pun mati-matian untuk bisa itu semua
Maka tak pantas pula aku memimpikanmu
Bukannya aku tak tertarik pada cerdasnya uraianmu
Bukannya aku tak terpedaya pada kekayaan dirimu
Bukan pula aku tak terluluh pada ketegasan sikapmu
Karena aku pun berpunggung batu untuk menyamaimu
Maka tak eloklah aku menjadi qowwammu
Meski tak pantas disandingmu
Meski tak pantas memimpikanmu
Meski tak elok mengharap jadi qowwammu
Ijinkan aku untuk mendekatimu
Bukan
Bukan untuk mendekati dirimu
Tapi mendekati keshalihanmu
Mendekati kecerdasanmu
Mendekati ketegasanmu
Jujur, aku tak akan mungkin mengharapmu
Karena ku tak mungkin menyamaimu
Karena ku tak mungkin pula disandingmu
Maka kubersyukur sangat mencukupkan diri dengan sepadanku
Dia memang tidak secantik dirimu
Tapi sungguh menyejukkan nan meneduhkan hati kala lihatnya
Dia juga tidak sekaya dirimu
Tapi sungguh menyejukkan kekayaan hatinya menerima pemberian tulusku
Dia juga tak sehebat ilmumu
Tapi sungguh meluruhkan hati kala meluruskan kebengkokanku
Dia pun tak setegas dirimu
Tapi sungguh anak-anakku terdidik nan shalih di dekapnya
Paiton, 8 Januari 2010